Beberapa obat ini bisa dibuktikan kurang aman untuk ibu dan bayi
Bayi yang baru lahir perlu konsumsi nutrisi yang ideal. Pada enam bulan awal, ibu seharusnya memberikan air susu ibu (ASI) secara terbatas ke buah kesayangan, sesaat akan mengenalkan beragam tipe makanan pengiring.
Tetapi, tahukah kamu jika beberapa tipe obat yang dimakan ibu bisa bercampur ke ASI? Pikirkan apa yang kemungkinan terjadi bila bayi minum ASI yang tercemar zat obat.
Untuk ibu menyusui atau yang hendak menyusui dalam kurun waktu dekat, yok ketahui bersama beberapa obat yang perlu dijauhi saat menyusui.
sebelum lanjut ke artikel, kalian wajib cobain main game di Mantap168, karna banyak keuntungan nya loh, selain kalian dapat penghasilan dengan hanya bermain game, kalian juga dapat menikmati bonus menarik setiap harinya, dan kalian bisa bermain game seru dimanapun dan kapanpun.
1. Aspirin
Aspirin sebagai obat yang bermanfaat sebagai penurun ngilu, pencair darah, dan penurun demam. Aspirin mempunyai ukuran partikel obat yang relatif kecil. Resikonya, aspirin dapat gampang terlarut dalam ASI bila dimakan oleh ibu menyusui.
Berdasar artikel dalam publisitas StatPearls tahun 2021, bayi yang minum ASI yang tercemar aspirin bisa alami bengkak kulit, demam, dan pengurangan selera makan.
Menariknya, laporan dalam Journal of Human Lactation tahun 2017 mengatakan jika tidak ada rugi pada bayi yang menyusui bila ibu konsumsi aspirin jumlah rendah (sama dengan 81 mg atau 1 tablet). Oleh karenanya, pikirkanlah opsi obat lain untuk keselamatan bayi.
2. Antibiotik kelompok tetrasiklin
Tidak seluruhnya tipe antibiotik memiliki sifat aman untuk dimakan oleh ibu yang aktif menyusui bayi. Salah satunya antibiotik yang penting dijauhi ialah kelompok tetrasiklin. Antibiotik ini biasanya dipakai untuk menyembuhkan diare, infeksi paru-paru, infeksi sifilis, sampai infeksi gigi.
Tetrasiklin sanggup mengikat kalsium dan mineral-mineral yang diperlukan untuk perkembangan tulang dan gigi. Jika bercampur ke ASI dan dimakan oleh bayi, tetrasiklin bisa mengganti warna gigi dan mengakibatkan pelapukan tulang anak.
Jika ibu menyusui harus terpaksa konsumsi tetrasiklin, karena itu referensi yang tercantum dalam laporan dengan judul “Antibiotics and Breastfeeding” dalam jurnal Chemotheraphy tahun 2016 ialah hentikan sementara proses menyusui bayi.
3. Antibiotik kelompok kloramfenikol
Antibiotik yang seharusnya kamu jauhi saat menyusui bayi ialah kloramfenikol. Obat itu wajar dipakai untuk menyembuhkan demam tifoid dan diare. Sayang, kloramfenikol bisa juga tembus kelenjar payudara dan terlarut ke ASI.
Efek yang tersering muncul di bayi ialah masalah peranan sumsum tulang untuk hasilkan sel darah. Bayi dapat rasakan lemas karena kurang darah, dibarengi tanda-tanda lain seperti muntah dan mual, perut kembung, dan malas menyusui.
4. Obat pengatur irama jantung
Amiodaron bukan obat yang bisa dibeli bebas di apotek. Obat ini biasa dipakai untuk pasien dengan masalah irama jantung (aritmia). Amiodaron ada berbentuk obat suntik, yang wajar digunakan pada kasus henti jantung tiba-tiba.
Merujuk pada situs Drugs and Lactation Database yang keluar tahun 2021, amiodaron terhitung obat yang gampang terlarut ke ASI jika dimakan ibu. Saat ASI telah terminum oleh bayi dengan jumlah banyak, karena itu zat amiodaron bisa mengakibatkan pengurangan peranan kelenjar gondok, berkurangnya denyut jantung bayi, dan masalah perkembangan.
5. Obat pengatur kuatir dan kejang
Obat kelompok benzoidiazepin (seperti alprazolam, lorazepam, dan diazepam) sering dipakai untuk menangani masalah kuatir berlebihan, masalah cemas, dan pengatur kejang. Obat ini biasa ada berbentuk tablet, sirop, obat suntik, dan supositoria (ditempatkan melalui dubur).
Konsumsi ASI yang bercampur zat benzodiazepin akan mengakibatkan bayi alami rasa mengantuk luar biasa dan pengurangan berat tubuh. Menurut sebuah study dalam Indian Journal of Psychiatry tahun 2015, efek benzodiazepin tidak muncul di bayi menyusui jika ibu cuma mengkonsumsinya dalam jumlah kecil.
6. Pil kontrasepsi berbasiskan estrogen
Umumnya pil kontrasepsi yang tersebar di pasar sebagai gabungan di antara hormon progesteron dan estrogen. Berdasar teori, estrogen bisa menghalangi terciptanya ASI pada ibu dan tingkatkan resiko aglutinasi darah (tromboembolisasi). Oleh karenanya, pil kontrasepsi gabungan seharusnya dijauhi sampai 6 bulan pascapersalinan.
Selainnya dampak pada ibu, pil estrogen bisa bercampur ke ASI yang dibuat ibu. Sejumlah kecil bayi alami pembesaran payudara abnormal dan tanda-tanda kurang darah. Karena belum sempat didapat keterangan yang semakin lebih memberikan kepuasan, pemakaian pil kontrasepsi lebih bagus dijauhi jika ibu masih tetap merencanakan menyusui bayi.
7. Analgesik opioid
Opioid seperti morfin dan oksikodon ialah penurun ngilu yang hebat. Beberapa obat ini bisa mengakibatkan permasalahan serius pada bayi yang disusui bila ibu menyusui meminum, seperti dikutip BuzzRx.
Efek dari paparan opioid pada bayi menyusui kemungkinan terhitung sedasi bayi, pernafasan lamban, serta kematian.
Tubuh Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) berikan teguran pada pemakaian kodein ngilu dan obat batuk pada ibu menyusui. Kodein disebutkan bisa mengakibatkan mengantuk berlebihan, kesusahan menyusui, serta permasalahan pernafasan kronis yang bisa mengakibatkan kematian pada bayi yang disusui.
8. Obat epilepsi dan antikejang
Beberapa obat tertentu yang dipakai untuk menyembuhkan epilepsi dan kejang tidak aman untuk ibu menyusui karena obat ibu dapat masuk ke ASI. Ini bisa menyebabkan jumlah bayi yang lebih tinggi, mengakibatkan reaksi bikin rugi pada bayi yang disusui.
Tetapi, kejang tapi harus diatur baik pada ibu menyusui, karena penting untuk kesejahteraan ibu dan bayi. Dalam kasus itu, professional kesehatan akan mereferensikan pengawasan yang ketat pada kandungan obat dalam serum bayi sekalian memperhatikan secara jeli bayi yang menyusui untuk tanda-tanda yang mencemaskan.
Tersebut beberapa macam obat yang konsumsinya perlu dijauhi oleh ibu menyusui. Jika sangsi, tidak ada kelirunya untuk konsultasi ke pakarnya waktu merencanakan untuk menyusui bayi. Ingat, keselamatan diri dan bayi harus jadi fokus utama, ya!