Para peneliti, yang berbasis di University of New South Wales, telah mengembangkan baterai lithium-sulfur jenis baru yang dikatakan lima kali lebih efisien daripada baterai lithium-ion yang ada, dan berpotensi memberi daya pada segala hal mulai dari smartphone hingga baterai listrik. mobil. Eitss, dah pada tau belom kalo di Mantap168 anda bisa main game sekalian dapet uang loh, banyak hal-hal seru dan juga promo-promo lainnya huga. Tunggu apalagi ayo mampir sekarang juga.

Baterai lithium-ion, yang digunakan di berbagai perangkat elektronik, termasuk laptop, smartphone, dan kendaraan listrik, menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena kepadatan energinya yang tinggi, masa pakai yang lama, dan tingkat pelepasan sendiri yang rendah.
Namun, baterai lithium-ion juga memiliki sejumlah kelemahan, termasuk biayanya yang tinggi, kapasitas yang terbatas, dan kecenderungan untuk menjadi terlalu panas dan terbakar jika rusak atau kelebihan muatan.
Baterai lithium-sulfur baru yang dikembangkan oleh para ilmuwan Australia menggunakan jenis kimia berbeda yang dapat mengatasi banyak masalah ini. Tidak seperti baterai lithium-ion, yang menggunakan anoda grafit dan katoda lithium kobalt oksida, baterai baru ini menggunakan katoda belerang dan anoda logam lithium.
Belerang adalah unsur berlimpah dan murah yang telah diketahui memiliki kerapatan energi teoretis yang tinggi selama beberapa waktu. Namun, terbukti sulit untuk menggunakan belerang dalam baterai karena kecenderungannya larut dalam elektrolit, menyebabkan baterai kehilangan kapasitas seiring waktu.
Para peneliti Australia mengatasi masalah ini dengan mengembangkan jenis elektrolit baru yang dapat menstabilkan belerang, sehingga dapat digunakan lebih efektif dalam baterai.
Dalam pengujian, baterai lithium-sulfur baru ditemukan memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dan umur siklus yang lebih lama daripada baterai lithium-ion yang ada, dan juga ditemukan lebih stabil dan tidak terlalu rentan terhadap panas berlebih.
Para peneliti mengatakan bahwa baterai baru dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari smartphone dan laptop hingga kendaraan listrik dan bahkan penyimpanan energi berskala jaringan.
“Dari perangkat elektronik kecil hingga kendaraan listrik, teknologi ini memiliki potensi untuk merevolusi cara kita menyimpan dan menggunakan energi, dan sangat menarik melihat kemajuan yang telah kita capai sejauh ini,” kata ketua peneliti Mahdokht Shaibani.
Pengembangan baterai lithium-sulfur baru hanyalah contoh terbaru dari meningkatnya minat terhadap teknologi baterai alternatif saat dunia beralih dari bahan bakar fosil ke bentuk energi yang lebih berkelanjutan.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi lonjakan minat pada jenis baterai lain, termasuk baterai solid-state, yang menggunakan elektrolit padat alih-alih cairan, dan baterai aliran, yang menggunakan dua tangki elektrolit yang dapat diisi ulang secara terpisah.
Pendukung teknologi baterai alternatif ini mengatakan bahwa mereka menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan baterai lithium-ion, termasuk kepadatan energi yang lebih tinggi, waktu pengisian yang lebih cepat, serta keamanan dan keandalan yang lebih baik.
Namun, ada juga tantangan signifikan yang harus diatasi sebelum teknologi baterai baru ini dapat diadopsi secara luas. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya produksi, yang bisa jauh lebih tinggi daripada baterai lithium-ion.
Ada juga kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari teknologi baterai alternatif, khususnya dalam hal bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Beberapa bahan ini, seperti kobalt dan litium, diketahui merusak lingkungan dan seringkali bersumber dari negara dengan praktik perburuhan yang buruk.
Terlepas dari tantangan ini, banyak ahli percaya bahwa teknologi baterai alternatif akan memainkan peran penting dalam transisi ke sistem energi yang lebih berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
“Pengembangan teknologi baterai baru sangat penting jika kita ingin memenuhi permintaan yang terus meningkat akan energi bersih dan memerangi perubahan iklim,” kata Peter Littlewood, direktur Argonne National Laboratory di Illinois.